Selasa, 30 Juli 2013

manfaat pekarangan


MANFAAT PEKARANGAN
           
1.1 PENDAHULUAN
            Menurut arti katanya, pekarangan berasal ari kata “karang” yang berarti halaman rumah (Poerwodarminto, 1976). Sedang secara luas, Terra (1948) memberikan batasan pengertian sebagai berikut:
            “Pekarangan adalah tanah di sekitar perumahan, kebanyakan berpagar keliling, dan biasanya ditanami padat dengan beraneka macam tanaman semusim maupun tanaman tahunan untuk keperluan sendiri sehari-hari dan untuk diperdangkan. Pekarangan kebanyakan slng berdekaan, dan besama-sama membentuk kampung, dukuh, atau desa”.

           
            Batasan pengertian ini, di dalam praktek masih terus dipergunakan sampai sekitar dua puluh tahun kemudian. Terbukti dari tulisan-tlisan Soeparma (1969), maupun Danoesastro (1973), masih juga menggunakan definisi tersebut.


Baru setelah Soemarwoto (1975) yang melihatnya sebagai suatu ekosistem, berhasil memberikan definisi yang lebih lengkap dengan mengatakan bahwa:
Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan/atau fungsional dengan rumah yang bersangkutan. Hubungan fungsional yang dimaksudkan di sini adalah meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika”. (Danoesastro, 1978).

1.2 FUNGSI HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA

            Ditinjau dari segi sosial budaya, dewasa ini nampak ada kecenderungan bawa pekarangan dipandang tidak lebih jauh dari fungsi estetikanya saja. Pandangan seperti ini nampak pada beberapa anggota masyarakat pedesaan yang elah “maju”, terlebih pada masyarakat perkotaan. Yaitu, dengan memenuhi pekarangannya dengan tanaman hias dengan dikelilingi tembok atau pagar besi dengan gaya arsitektur “modern”.

            Namun, bagi masyarakat pedesaan yang masih “murni”, justru masih banyak didapati pekarangan yang tidak berpagar sama sekali. Kalaupun berpagar, selalu ada bagian yang masih terbka atau diberi pinu yang mudah dibuka oleh siapapun dengan maksud untuk tetap memberi keleluasaan bagi masyarakat umum untuk keluar masuk pekarangannya.

            Nampaknya, bagi masyarakat desa, pekarangan juga mempunyai fungsi sebagai jalan umum (lurung) antar tetangga, atar kampung, antar dkuh, ahkan antar desa satu dengan yang lainnya.

            Di samping itu, pada setiap pekarangan terdapat”pelataran” (Jawa) atau “buruan” (Sunda) yang dapat dipergunakan sebagai tempat bemain anak-anak sekampung. Adanya kolam tempat mandi atau sumur di dalam pekarangan, juga dapat  dipergunakan oleh orang-orang sekampung dengan bebas bahkan sekaligus merupakan tempat pertemuan mereka sebagai sarana komunikasi masa (Soemarwoto, 1978).
            Jadi, bagi masyarakat desa yang asli, pekarangan bkanlah milik pribadi yang”eksklusif”, melainkan juga mempunai fungsi sosial budaya di mana anggota masyarakat (termasuk anak-anak) dapat bebas mempergunakannya untuk keperluan-keperluan yang bersifat sosial kebudayaan pula.

1.3 FUNGSI HUBUNGAN EKONOMI
            Selain fungsi hubungan sosial budaya, pekarangan juga memiliki fungsi hubungan ekonomi yang tidak kecil artinya bagi masyarakat yang hidup di pedesaan.

            Dari hasil survey pemanfaatan pekarangan di Kalasan, disimpulkan oleh Danoesastro (1978), sedikitnya ada empat fungsi pokok yang dipunyai pekarangan, yaitu (Tabel 1): sebagai sumber bahan makanan, sebagai penhasil tanaman perdagangan, sebagai penghasl tanaman rempah-rempah atau obat-obatan, dan juga sumber bebagai macam kayu-kayuan (untuk kayu nakar, bahan bangunan, maupun bahan kerajinan).


Tabel 1. Daftar berbagai macam tanaman di pekarangan petani di kelurahan Sampel, dikelompokkan menurut fungsina (Kecamatan Kalasan).

No.
Golongan Tanaman
Macam Tanamannya
I

Sumber bahan makanan tambahan :
1.   Tanaman karbohdrat

2.   Tanaman sayuran
3.   Buah-buahan

4.   Lain-lain


Ubikayu, ganyong, uwi, gembolo, tales,garut dll.
Mlinjo, koro, nangka, pete.
Pepaya, salak, mangga, jeruk, duku, jambu, pakel, mundu, dll.
Sirih.
II
Tanaman perdagangan
Kelapa, cengkeh, rambutan.
III
Rempah-rempah, obat-obatan.
Jahe, laos, kunir, kencur, dll.
IV
Kayu-kayuan:
1.   Kayu bakar
2.   Bahan bangunan
3.   Bahan kerajinan

Munggur, mahoni, lmtoro.
Jati, sono, bambu, wadang.
Bambu, pandan, dll.
Sumber: Danoesastro, 1978.


            Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebutlah, maka Danoesastro (1977) sampai pada kesimpulan bahwa bagi masyarakat pedesaan, pekarangan dapat dipandang sebagai “lumbung hidup” yang tiap tahun diperlukan untuk mengatasi paceklik, dan sekaligus juga merupakan “terugval basis” atau pangkalan induk yang sewaktu-waktu dapat dimabil manfaatnya apabila usahatani di sawah atau tegalan mengalami bencana atau kegagalan akibat serangan hama/penyakit, banjir, kekeringan dan bencana alam yang lain.

1.4 FUNGSI HUBUNGAN BIOFISIKA

            Pada pandangan pertama, bagi orang “kota” yang baru pertama kali turun masuk desa, akan nampak olehnya sistem pekarangan yang ditanami secara acak-acakan dengan segala macam jenis tanaman dan sering pula menimbukan kesan “menjijikkan” karena adanya kotoran hewan ternak di sana sini. Namun, dalam penelitian menunjukkan, bahwa keadaan serupa itu adalah merupakan manifestasi kemanunggalan manusia dengan lingkungannya sebagaimana yang telah diajarkan nenek moyangnya.
            Di daerah Sunda misalnya, tetapi terdapat pandangan ang oleh Hidding (1935) disebutkan:
“Manusia adalah bagian dalam dan dari satu kesatuan yang besar ..........Semua mempunai tempatna sendiri dari tidak ada sesuatu yang berdiri sendiri.....


         Dalam teori kebatinan Jawa, disebutkan bahwa sesuatu yang ada dan yang hidup pada pokoknya satu dan tunggal. Bahkan, justru pola pengusahaan pekarangan seperti itulah ternyata, yang secara alamiah diakui sebagi persyaratan demi berlangsungnya proses daur ulang (recycling) secara natural (alami) yang paling efektif dan efisien, sehingga pada kehidupan masyarakat desa tidak mengenal zat buangan. Apa yang menjadi zat buangan dari suatu proses, merupakan sumberdaya yang dipergunakan dalam proses berikutnya yang lain. Sebagai contoh, segala macam sampah dan kotoran ternak dikumpulkan menjadi kompos untuk  pupuk tanaman. Sisa dapur, sisa-sisa makanan, kotoran manusia dan ternak dibuang ke kolam untuk dimakan ikan.




Ikan dan hasil tanaman (daun, bunga, atau buahnya) dimakan manusia, kotoran manusia dan sampah dibuang ke kolam atau untuk kompos, demikian seterusnya tanpa berhenti dan berulang-ulang.
            Dengan demikian kalaupun dalam proses kemajuan peradaban manusia ada sesuatu yang perlu diperbaki seperti: pembuatan jamban
 Keluarga di atas kolam, sistem daur ulang yang tidak baik dan efisiensi harus tetap terjaga kelangsungannya.


1.5 DAMPAK MODERNISASI YANG MEMPERIHATINKAN

            Tetapi sayang, berbaai fungsi dari pekarangan yang begitu kompleks dan mencakup banyak segi kehidupan manusia serta pelestarian lingkungan itu kan mengalami “erosi” yang memprihatinkan karena sering hanya dijadikan korban untuk memenuhi alasan “modernisasi”.

Proyek-proyek pembangunan industri dan prasarana lain di desa pinggiran sering kurang memperhitungkan bahwa, pembangunan kompleks perumahan karyawannya yang terlampau mewah dibandingkan dengan perumahan penhuni asli dan yang dipagar keliling rapat serta mewah pula itu merupakan isolasi bagi masyarakat penatang dengan lingkungannya yang bisa menimbulkan ketegangan sosial dan kriminalitas.

Lebih-lebih jika pembangunan itu sendiri membutuhkan tanah urug yang harus diambilkan dari tanah lapisan aas (top soil) pekarangan penduduk di sekitarnya. Penduduk asli tidak saja menjadi kehilangan “lumbung hidup” atau “pangkalan induknya” karena pekarangan dan tegalannya tidak produktif lagi, tetapi sekalgus kualitas lingkungannya menjadi rusak karena daur ualng idak lagi berlangsung lancar.

Pengaruh pembangunan yang kurang bijak, modernisasi perumahan yang mengganti  tanaman pekarangan menjadi tanaman hias dan agar hidup yang berubah menjadi tembol atau tulang besi, sebenarnya sangat disayangkan. Modernisasi memang harus tumbuh, tetapi bkan dengan merusak lingkungan hidup. Peningkatan kesejahteraan lahiriah memang salah satu tuntutan hidup, tetapi bukan dengan menciptakan masayarakat eksklusif yang mengisolir diri. Kurangnya halaman tempat bermain bagi anak-anak mungkin saja dapat dialihkan, tetapi keakraban anak-anak sekampung yang merenggang akan dapat berbalik menjadi iri dengki, dan dendam yang tersembuni. Itulah masalahnya.











1.6 DAFTAR ACUAN

Danoesastro, Haryono : “Tanaman Pekarangan dalam Usaha Meningkatkan Ketahanan Rakat Pedesaan”. Agro – Ekonomi. Maret 1978.
__________________-  : Survai Pekarangan Kecamatan Kalasan,kerjasama Fakultas Pertanian UGM  dengan Diperta Daerah Istimewa Yagyakarta.  1979.
__________________     : Pemanfaatan Pekarangan. Yayaan Pembina Fakulas Pertanian UGM. Yogyakarta, 1979.
Hidding, K.A.H. : Gebruiken en Godsdients der Soendaneezen G. Kolff & Co. Hal. 24. Batavia. 1975.
Soemarwotto, O  : “Pegaruh Lingkungan Proyek Pembangunan”. Prisma, N.3 Juli 1975.
_____________  : Ekologi Desa: Lingkungan Hidup dan Kualitas Hdup.  Prisma, No. 8, September 1978.
Terra, G.J.A. : Tuinbouw : Van Hall en C. Van de. Koppel : De Landbouw in de indische archpel.IIA, 1949. Terjemahan Haryono Danoesastro.

makalah pemanfaatan pekarangan



PEMANFAATAN PEKARANGAN 

1.     PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ditinjau dari potensi sumberdaya wilayah, sumberdaya alam wilayah BPP Kaliasin memiliki potensi ketersediaan pangan yang beragam dari satu wilayah ke wilayah lainnya, baik sebagai sumber karbohidrat maupun protein, vitamin dan mineral, yang berasal dari kelompok padi-padian, umbi- umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah serta biji berminyak.

Untuk meningkatkan gizi terutama pada gizi mikro masyarakat pada umumnya dan keluarga pada khususnya, dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dilingkungannya. Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat tersebut di atas adalah dengan pemanfaatan pekarangan yang dikelola oleh keluarga tani-nelayan sehingga mudah untuk pemeliharaan dan pemanenan hasilnya.

Lahan pekarangan sudah lama dikenal dan  memiliki fungsi multiguna. Fungsi pekarangan adalah untuk menghasilkan :
(1) bahan makan sebagai tambahan hasil sawah dan tegalnya;
(2) sayur dan buah-buahan;
(3) unggas, ternak kecil dan ikan;
(4) rempah, bumbu-bumbu dan wangi-wangian;
(5) bahan kerajinan tangan;
(6) obat keluarga, serta
(7) uang tunai.

Usaha di pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan potensi pekarangan, disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi keluarga. Dari hasil penelitian, secara umum pekarangan dapat memberikan sumbangan pendapatan keluarga antara 7% sampai dengan 45%.

1.2 Pengertian – Pengertian

a.   Pekarangan adalah sebidang tanah di sekitar rumah (bagian depan,samping maupun belakang) yang mudah di usahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga, dan biasanya dibatasi dengan pagar.
b.   b. Pemanfaatan Pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga.

2.     TUJUAN DAN SASARAN
2.1 Tujuan
a. Memenuhi kebutuhan gizi mikro keluarga secara berkesinambungan melalui kegiatan pemanfaatan pekarangan.
b. Meningkatkan keterampilan keluarga tani-nelayan dalam budidaya tanaman, ternak dan ikan, sekaligus pengolahannya dengan teknologi tepat guna.
c.  Meningkatkan pendapatan keluarga tani-nelayan.

2.2 Sasaran
Berkembangnya kemampuan wanita tani-nelayan dalam mengelola pekarangannya dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarganya.

3.     PELAKSANAAN PEMANFAATAN PEKARANGAN
Pekarangan sering juga disebut sebagai warung hidup, apotek hidup, lumbung hidup maupun bank hidup.


3.1 Sebagai Warung Hidup
Pekarangan yang berfungsi sebagai warung hidup adalah pekarangan yang dimanfaatkan dengan menanami dengan tanaman, ternak maupun ikan yang dapat dipanen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Warung hidup diartikan agar pekarangan menghasilkan yang biasa dibeli sehari-hari dari warung. Untuk pelaksanaannya pekarangan dapat ditanami berbagai jenis tanaman sayuran seperti; bayam, kangkung, mentimun, kacang panjang, terung, sawi dll, tanaman bumbu/ rempah seperti; jahe, kencur, kunyit, serei dll, ternak penghasil daging dan telur seperti; ayam, itik dll, maupun ikan seperti lele, nila dsb.

3.2 Sebagai Apotek Hidup
Dapat pula pekarangan berfungsi sebagai apotek hidup, dimana pekarangan ditanami berbagai jenis tanaman yang dapat dijadikan obat keluarga (TOGA). Tanaman obat keluarga tersebut diantaranya adalah; sembung, saga, tapak dara, mahkota dewa, daun dewa, brotowali, temu-temuan, mengkudu, mangkokan, meniran, dll.

3.3 Sebagai Lumbung Hidup

Dalam memenuhi kebutuhan karbohidrat, pekarangan dapat berfungsi sebagai lumbung hidup, dimana pekarangan ditanami dengan tanaman palawija yang banyak mengadung karbohidrat, seperti ubikayu, ubijalar, jagung, talas dll. Pada masa lalu, ketika masih ada musim “paceklik” dimana masa belum panen padi, peran pekarangan sebagai lumbung hidup ini sangat berarti sekali, sebagai pengganti padi/ beras pekarangan dapat menghasilkan jagung maupun umbi-umbian yang dapat dimasak sebagai pengganti nasi untuk konsumsi bahan makanan pokok.

3.4 Sebagai Bank Hidup

Pekarangan dapat pula berfungsi sebagai bank hidup, dimana pekarangan yang ditanami tanaman keras/ tahunnan yang dapat menghasilkan uang, tanaman ini merupakan investasi jangka panjang, yakni pekarangan yang ditanami tanaman buah-buahan seperti; rambutan, durian, sukun, mangga, belimbing, salak, lengkeng, alpukat maupun  tanaman kayu seperti albasiah, mahoni, jati dll.
Dalam mengelola lahan pekarangan sebaiknya kita menyusun suatu perencanaan penataan lahan pekarangan sehingga areal lahan yang akan dikelola dapat dimanfaatkan secara optimal dan produktif secara berkelanjutan.



4. PERENCANAAN POLA/ MODEL PEMANFAATAN PEKARANGAN


4.1 Pengolahan Lahan (Tanah)

Tahap ini merupakan tahap awal dalam berkebun. Lahan perlu dibersihkan dari tanaman liar. Upayakan pembersihan lahan tidak menggunakan bahan kimia karena residunya dalam tanah akan mengurangi produktivitas tanah. Bila tanah berwarna gelap dan gembur, kita hanya perlu memberikan pupuk tambahan pada maka kita perlu mengolahnya secara intensif dengan mencangkul untuk mengemburkan tanah dilanjutkan dengan memberikan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dan pupuk kimia (TSP, KCl, dan Urea maupun NPK) secara berimbang.



4.2 Menentukan Jenis Tanaman

Pilihlah jenis tanaman yang bermanfaat bagi keperluan rumah tangga baik untuk obat atau kesehatan keluarga (sembung, saga, tapak dara, mahkota dewa, daun dewa, brotowali, sambiloto, temu-temuan, mengkudu, mangkokan, meniran) dan keperluan dapur (cabe, tomat, sayuran; bayam, kangkung, mentimun, kacang panjang, terung, sawi) serta pelengkap gizi keluarga (dengan menanam pepaya , pisang , jeruk dan ternak ayam, itik serta ikan). Untuk tujuan estetika, pilihan tanaman yang memiliki figure menarik yakni berbagai jenis/ macam tanaman  hias lainnya.
4.3 Menentukan Tata Letak Tanaman

Dipandang dari sudut pandang habitatnya, pada prinsipnya semua tanaman memerlukan sinar matahari yang cukup sepanjang hari. Tempatkan jenis-jenis yang berukuran kecil mulai dari bagian Timur dan tempatkan jenis tanaman yang berukuran besar seperti buah-buahan di bagian sebelah Barat. Hal ini dimaksudkan agar jenis tanaman yang besar tidak menaungi/ menghalangi sinar matahari terhadap tanaman yang kecil. Demikian pula kerapatan dan populasi tanaman perlu diperhatikan karena mempengaruhi efisiensi penggunaan cahaya matahari serta persaingan antar tanaman dalam menggunakan air dan unsur hara. Aturlah tata letak sedemikian rupa yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan misalnya jangan sampai menghalangi jalan masuk, menghalangi pandangan, dan sebagian tanaman atau kotoran masuk ke areal kebun tetangga.

Dari segi estetika, penempatan tanaman yang berukuran lebih kecil seperti tanaman hias sebaiknya ditanam di pekarangan paling depan, tanaman buah-buahan sebaiknya ditanam dibelakang atau dipinggir letak bangunan rumah. Jemuran pakaian juga perlu mendapat perhatian penempatannya, jangan sampai didepan rumah, usahakan dihalaman bagian belakang.
Dan apabila dari sudut pandang kesehatan, penempatan kandang ternak sebaiknya di halaman bagian belakang.
Secara garis besar area atau daerah taman pekarangan pada umumnya dapat dibagi menjadi:
a.   Daerah umum (public area).
Taman yang kita buat dimaksudkan pada area ini selain dilihat dan dinikmati oleh penghuni rumah juga oleh siapa saja yang lewat di depan atau disekitar rumah kita.

b.   Daerah kesibukan (service area).
Taman yag kita buat pada area ini adalah untuk kesibukan penghuni rumah, misalnya tempat mencuci pakaian, mencuci piring atau lainnya. Pada area inipun dapat ditanam tanaman bumbu-bumbuan, sayur-sayuran atau tempat menanam tanaman obat-obatan. Begitu pula tempat anak-anak bermain.

Biasanya daerah ini diletakkan dekat dapur, dengan maksud bila mau ambil tanaman bumbu pada saat sedang memasak mudah dan dekat sehingga tidak memerlukan waktu yang lama, jadi masakannya tidak menjadi hangus. Begitupula tempat anak-anak bermain diletakkan didaerah ini, dengan maksud ibu atau pembantu rumah tangga atau penghuni rumah yang lainnya sambil bekerja, setiap saat dapat mengawasi anak-anak yang sedang bermain. Apalagi tiba-tiba ada anggota keluarga memerlukan tanaman obat-obatan, terutama pada malam hari dapat dengan mudah dan aman mengambilnya.
c.    Daerah pribadi (private area).
Daerah ini kita buat taman yang khusus untuk pribadi, misalnya tempat ibu atau bapak menanam tanaman hobbinyam trmpat"bertukang", melakukan penelitian yang paling hemat, aman, setiap saat dapat diamati. Daerah pribadi ini biasanya disediakan disamping rumah.
d.   Daerah famili (family area).
Daerah ini dapat dibuat taman untuk kepentingan keluarga, atau tempat berolah raga, atau tempat keluarga berkumpul, camping dan lainnya. Jangan lupa memikirkan tempat anak-anak dikala remaja bersantai. Taman untuk keluarga ini diberi tempat yang strategis dipekarangan bila pekarangannya luas.
Jadi dalam menentukan bentuk/ model pola pemanfaatan pekarangan akan berbeda satu sama lain, tergantung luas lahan pekarangan, luas dan bentuk serta tata letak bangunan rumah, jenis tanaman yang sudah ada maupun yang akan ditanam, keadaan ekonomi, keadaan lingkungan serta keinginan untuk mengelola dan memanfaatkan pekarangan secara maksimal.

4.4 Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan baik untuk lahan maupun tanaman merupakan hal yang harus selalu diperhatikan. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan lahan dari rumput-rumput liar, bertujuan untuk mencegah kompetisi nutrisi tanaman dari tanah selain untuk kebersihan dan keindahan. Sisa-sisa tanaman dan rumput sebaiknya dikeringkan lalu dikubur ke dalam tanah dalam-dalam karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Sisa tanaman ini dapat juga diproses untuk dijadikan pupuk organik atau kompos. Pemberian air dengan cara penyiraman secara kontinyu sangat penting terutama pada tanaman yang berumur muda dan baru tumbuh, untuk selanjutnya aktivitas penyiraman ini dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan lahan pekarangan apakah kekeringan atau basah (lembab). Salah satu upaya untuk mempertahankan ketersediaan air di lahan pekarangan adalah dengan membuat kolam.











Daftar Pustaka

contoh susunan makalah

Dalam artikel kali ini akan di  bahas contoh susunan makalah yang benar buat anda untuk membantu membuat sebuah makalah.

Contoh susunan makalah yang benar adalah sebagai berikut :

Cover : Judul, guru Pengampu, Logo sekolah, Identitas penyusun, Jurusan, nama sekolah, Kota, Tahun

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB. I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. IDENTIFIKASI MASALAH
C. PEMBATASAN MASALAH.
D. PERUMUSAN MASALAH.

BAB. II PEMBAHASAN

BAB. III PENUTUP
Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Contoh dalam daftar isi:

Halaman Judul …………………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….. ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………………….. iii
BAB. I PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 1
A. Pengertian Manajemen Kesiswaan ……………………………………………………… 1
B. Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan ………………………………………………… 1
1. Penerimaan Siswa Baru ………………………………………………………………. 1
2. Ketatausahaan Siswa …………………………………………………………………. 2
3. Pencatatan Bimbingan dan Penyuluhan ……………………………………………… 2
4. Pencatatatan Prestasi Belajar ………………………………………………………… 3
BAB. II PEMBAHASAN …………………………………………………………………. 5
A. Profil MTs Muhammadiyah Darul ‘Ulum …………………………………………….. 5
B. Penerimaan Siswa Baru ………………………………………………………………… 6
C. Ketatausahaan Siswa ……………………………………………………………………. 6
D. Pencatatan Bimbingan dan Penyuluhan ………………………………………………… 11
E. Pencatatan Prestasi Belajar ……………………………………………………………… 12
BAB. III PENUTUP ………………………………………………………………………. 14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………… 15
Di bawah ini akan disajikan tentang contoh format atau bentuk penulisan makalah buat anda :

Adapun susunan makalah dimulai dari sampul hingga akhir adalah sebagai berikut ini :

1. Cover/sampul makalah
Di bagian ini terdapat judul tulisan, logo sekolah atau kampus, nama penulis, NIK/NIM, nama sekolah/universitas,tempat terbit dan tahun penerbitan.

2. Kata Pengantar
Berisi tentang ucapan terimakasih, ringkasan makalah secara umum dan permintaan komentar dan saran untuk perbaikan makalah dari pembaca.

3. Daftar Isi
Daftar isi berisi tentang judul dan sub judul serta halaman dimana judul tersebut di tulis.

4. Daftar gambar
Daftar gambar berisi tentang judul gambar dan di halaman mana gambar tersebut terdapat.

5. Daftar Tabel
Daftar tabel berisi tentang judul tabel dan di halaman mana tabel tersebut terdapat.

6. Daftar Lampiran
Daftar lampiran berisi tentang judul lampiran dan di halaman mana lampiran tersebut terdapat.

7. BAB I. Pendahuluan.
Pendahuluan ini dapat di bagi menjadi beberapa sub, contohnya:

1. Logo dan judul penulisan. Biasanya hanya berupa logo dan judul makalah.
2. Kata Pengantar. Tidak mutlak terkecuali ada beberapa orang yang meminta penulisan sub ini.
3. Latar belakang Masalah. Akan sangat baik hasilnya dan mudah di mengerti oleh orang lain apabila anda menulis latar belakang masalah. Misalnya anda menulis makalah tentang pengaruh kebiasaan merokok, maka latar belakang ini bisa di isi dengan alasan kenapa anda menulis makalah tersebut.
4. Rumusan Masalah. Sub ini hampir sama dengan latar belakang masalah, bedanya pada sub ini sebaiknya di isi dengan alasan penulisan makalah dan solusi apa yang akan anda berikan. Kalau bisa di tambahkan juga batasan agar tinjauan pustaka tidak melebar kemana-mana dan hanya fokus pada bagian tertentu.
5. Tujuan Penulisan. Seperti judulnya cukup tuliskan tujuan penulisan makalah. Contohnya untuk tugas dan lain sebagainya.

8. BAB II. Isi.
Ketika masuk pada isi kita dapat membagi BAB ini menjadi beberapa sub, contohnya:

1. Tinjauan Pustaka. Pada penulisan makalah biasanya bagian ini yang paling sering banyak orang kesulitan. Sebenarnya mudah saja anda harus membuat batasan terlebih dahulu di rumusan masalah agar tinjauan pustaka yang anda sajikan tidak melebar dan memenuhi syarat makalah.
2. Data. Bagian ini biasanya optional kalaupun ada sebaiknya di masukkan karena data ini bisa mendukung kebenaran penulisan makalah anda.

9. BAB III. Kesimpulan.

Setelah isi makalah terpenuhi saatnya kita membuat kesimpulan yang masih bisa lagi di bagi menjadi beberapa sub, contohnya:

1. Metodologi Penelitian. Pada sub ini anda harus menuliskan metodologi penelitian. Bahasa mudahnya metodologi penelitian adalah metode/cara yang anda gunakan untuk mengumpulkan informasi/data yang anda masukkan kedalam makalah anda. Ada beberapa jenis metodologi contohnya: Historis, Deskriptif, Perkembangan, Kasus dan penelitian lapangan, Korelasional, Ekperimental, Tindakan, dan lain-lain.
2. Pembahasan. Sub ini biasanya optional, berbeda kalau anda merasa perlu atau terpaksa menulis tentang pembahasan (biasanya tugas kuliah).
3. Kesimpulan. Cukup tuliskan kesimpulan dari makalah yang anda tulis.
4. Kritik dan Saran. Pada sub ini anda harus menulis kritik dan saran, selain kedua hal itu anda bisa menuliskan solusi/cara penyelesaian yang terbaik menurut anda.

10. Daftar Pustaka.
Tuliskan semua sumber penulisan anda disini (seperti credit/copyright).